PENGARUH SAAT
PEMBERIAN EKSTRAK BAYAM BERDURI (Amaranthus
spinosus) DAN TEKI (Cyperus rotundus)
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT ( Lycopersicum esculentum)
THE EFFECT OF
APPLICATION TIME OF SPINY AMARANTH
EXTRACTS
AND PURPLE NUTSEDGE
ON THE GROWTH AND
YIELD OF TOMATO
Kharis Triyono
Fakultas
Pertanian Univ. Slamet Riyadi Surakarta
ABSTRACT
Research about the effect of application
time of spiny amaranth extracts and purple nutsege on the growth and yield of
tomato was conducted at Mojosongo Surakarta from March until June 2008.Research
aimed was to know that the spiny amaranth (Amaranthus spinosus) had the effect
as the purple nutsedge (Cyperus rotundus) and are there different of
alellophatic activity on either weeds
.Polybag experiment conducted in the plastic
house,arranged in randomized complete block design [RCBD] with two factors and
replicated three times.The first factor was special of weed,consisted of two
levels; spiny amaranth and purple nutsedge.the second factor was time application
of weed extract, consisted of three lefels; 2,4 and 6 weeks after planting.
Result of the analysis showed that spiny
amaranth had effect and alellopathic potential as the purple nutsedge. Extract
of weed kind and application time of weeds extract did not affected on the
growth of tomato. Application time of extract affected on yield of tomato.
There were interaction between application time of extract and kind of weeds.
Key words : application time, weed extract ,yield of tomato
PENDAHULUAN
Tomat merupakan tanaman hortikultura yang banyak diusahakan di Indonesia
baik di dataran tinggi maupun dataran rendah. Luas rata-rata pertanaman tomat
antara tahun 1975 – 1980 sekitar 14.000 hektar tiap tahun dengan hasil yang
masih rendah yaitu 4,7 ton per hektar. Rendahnya hasil tomat disebabkan oleh
banyak faktor, diantaranya pengelolaan gulma yang belum optimal. Gulma pada
tanaman tomat perlu ditangani secara sungguh-sungguh karena dapat mengakibatkan
penurunan hasil, akibat kompetisi dalam memperebutkan sarana tumbuh maupun
akibat adanya alelopati. Kompetisi terjadi karena gulma dan tanaman mempunyai
persyaratan tumbuh yang sama dan tersedia dalam jumlah terbatas. Alelopati
terjadi karena gulma melepaskan senyawa kimia yang bersifat racun dan dapat
menghambat pertumbuhan, bahkan dapat mematikan tanaman disekitarnya.
Tumbuh-tumbuhan juga dapat bersaing antar sesamanya secara interaksi
biokimiawi, yaitu salah satu tumbuhan mengeluarkan senyawa beracun ke
lingkungan sekitarnya dan dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan tumbuhan
yang ada di dekatnya. Interaksi biokimiawi antara gulma dan pertanamanan antara
lain menyebabkan gangguan perkecambahan biji, kecambah jadi abnormal,
pertumbuhan memanjang akar terhambat, perubahan susunan sel-sel akar dan lain
sebagainya.Beberapa species gulma menyaingi pertanaman dengan mengeluarkan
senyawa beracun dari akarnya (root exudates atau lechates) atau dari pembusukan
bagian vegetatifnya. Persaingan yang timbul akibat dikeluarkannya zat yang
meracuni tumbuhan lain disebut alelopati dan zat kimianya disebut alelopat.
Umumnya senyawa yang dikeluarkan adalah dari golongan fenol.
Senyawa-senyawa kimia yang mempunyai potensi alelopati dapat ditemukan di
semua jaringan tumbuhan termasuk daun, batang, akar, rizoma, umbi, bunga, buah,
dan biji. Senyawa-senyawa alelopati dapat dilepaskan dari jaringan-jaringan
tumbuhan dalam berbagai cara termasuk melalui :
a. Penguapan
Senyawa alelopati ada yang dilepaskan melalui penguapan. Beberapa genus
tumbuhan yang melepaskan senyawa alelopati melalui penguapan adalah Artemisia,
Eucalyptus, dan Salvia. Senyawa kimianya termasuk ke dalam
golongan terpenoid. Senyawa ini dapat diserap oleh tumbuhan di sekitarnya dalam
bentuk uap, bentuk embun, dan dapat pula masuk ke dalam tanah yang akan diserap
akar.
b. Eksudat akar
Banyak terdapat senyawa kimia yang dapat dilepaskan oleh akar tumbuhan
(eksudat akar), yang kebanyakan berasal dari asam-asam benzoat, sinamat, dan
fenolat.
c. Pencucian
Sejumlah senyawa kimia dapat tercuci dari bagian-bagian tumbuhan yang
berada di atas permukaan tanah oleh air hujan atau tetesan embun. Hasil cucian
daun tumbuhan Crysanthemum sangat beracun, sehingga tidak ada jenis
tumbuhan lain yang dapat hidup di bawah naungan tumbuhan ini.
d. Pembusukan organ tumbuhan
Setelah tumbuhan atau bagian-bagian organnya mati, senyawa-senyawa kimia
yang mudah larut dapat tercuci dengan cepat. Sel-sel pada bagian-bagian organ
yang mati akan kehilangan permeabilitas membrannya dan dengan mudah
senyawa-senyawa kimia yang ada didalamnya dilepaskan. Beberapa jenis mulsa
dapat meracuni tanaman budidaya atau jenis-jenis tanaman yang ditanam pada
musim berikutnya.
Tumbuhan yang masih hidup dapat mengeluarkan senyawa
alelopati lewat organ yang berada di atas tanah maupun yang di bawah tanah.
Demikian juga tumbuhan yang sudah matipun dapat melepaskan senyawa alelopati
lewat organ yang berada di atas tanah maupun yang di bawah tanah. Alang-alang (Imperata
cyndrica) dan teki (Cyperus rotundus) yang masih hidup mengeluarkan
senyawa alelopati lewat organ di bawah tanah, jika sudah mati baik organ
yang berada di atas tanah maupun yang di bawah tanah sama-sama dapat melepaskan
senyawa alelopati.
Gulma yang umum terdapat pada tanaman tomat antara lain Alternanthera phyloxeroides, Portulaca oleracea, Ageratum conyzoides,
Eleusine indica, Amaranthus spinosus, Cynodon dactylon, Cyperus rotundus,
Cyperus irria, Phylanthus niruri dan Panicum
repens. (Moenandir, l990)
Mercado (Saranga dan Kuntohartono, l986) mengemukakan bahwa
jenis gulma yang mempunyai sifat kompetitif kuat dapat memproduksi
senyawa-senyawa kolin yang bersifat alelopati untuk mendominasi sumberdaya alam
yang berada dalam keadaan terbatas dalam lingkungannya dan dapat menghambat
pertumbuhan tanaman. Hambatan pertumbuhan akibat alelopati dapat terjadi
melalui hambatan pada pembelahan sel, pengambilan mineral, respirasi, penutupan
stomata, sintesis protein dan aktivitas ensim.
Sanusi et al.,
(l98l) mengemukakan bahwa ekstrak akar Artemesia
vulgaris, Ageratum honstanium, Imperata cylindrica, Paspalum conyugatum,
Panicum repens, Penisetum clandestinum,Richardia brassiliensis dan Cyperus rotundus mempunyai pengaruh
alelopati terhadap stek teh dan menekan pertumbuhannya.Gulma grinting (Cynodon dactylon) diketahui dapat
menurunkan berat kering bibit tebu, diduga hal ini disebabkan pengaruh
alelopati yang dikeluarkan oleh grinting. (Ronoprawiro et al., l988). Sedangkan menurut Utomo et al., (l990) ekstrak batang dan akar Boreria alata memberikan
efek negatip yaitu menghambat pertumbuhan dan menurunkan hasil tanaman kedelai . Demikian juga gulma Digitaria sanguinalis, Ambrosia
psylostachia, Euophorbia sp. Dapat mengahsilkan toksin yang dapat
menghambat fiksasi nitrogen dan proses nodulasi pada legume serta nitrifikasi
dalam tanah.
Bayam berduri (Amaranthus
spinosus) dam teki (Cyperus rotundus)
merupakan tumbuhan bergolongan C4 dan tumbuhan golongan C4 umumnya mempunyai
sifat kompetitif kuat. Berdasarkan pertimbangan bahwa gulma yang mempunyai
sifat kompetitip kuat dapat memproduksi senyawa kimia yang bersifat alelopati,
maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui apakah gulma Amaranthus spinosus mempunyai kemampuan
alelopati seperti pada Cyperus rotundus
dan seberapa jauh akibat yang ditimbulkan oleh saat pemberian ekstrak gulma Amaranthus spinosus dan Cyperus rotundus pada tanaman tomat.
BAHAN
DAN METODE
Penelitian dilakukan di rumah plastik kebun percobaan Fak.Pertanian UNISRI
Mojosongo Surakarta. Rancangan yang digunakan rancangan acak kelompok lengkap 2
faktor dan 3 ulangan. Faktor pertama jenis gulma yaitu gulma Amaranthus spinosus ( GI ) dan Cyperus rotundus (G2). Faktor kedua saat
pemberian ekstrak yaitu : saat tanaman umur 2 minggu (Tl), saat tanaman umur 4
minggu (T2) dan saat tanaman umur 6 minggu (T3). Data hasil pengamatan
dianalisis dengan sidik ragam dan uji jarak berganda Duncan pada jenjang nyata 5%.
Benih disemaikan dalam nampan plastic, setelah berumur 3
minggu dipindah tanam pada kantong plastik hitam (polibag) yang diisi pasir
yang telah disterilkan dengan air panas sebagai media tanam. Pemupukan dengan
pupuk NPK dan pupuk daun exel 0,4%. Pupuk N dan K diberikan setengah dosis dan
pupuk P seluruh dosis diberikan saat tanaman berumur satu minggu. Setengah dosis pupuk N dan K diberikan
pada saat tanaman berumur 3 minggu setelah tanam. Pupuk daun exel diberikan
setiap 3 hari sekali.
Gulma Amaranthus spinosus dan Cyperus rotundus dibersihkan dari
kotoran yang melekat, kemudian dikeringanginkan dan dioven pada suhu 80 derajad
Celcius selama 24 jam. Setelah kering gulma dihancurkan dengan blender,
kemudian di masukkan kedalam beker glass dan diberi aquades dengan perbandingan
1 : 6, beker glass ditutup rapat dan dibiarkan selama 24 jam kemudian disaring.
Pemberian ekstrak gulma dilakukan sesuai perlakuan selama dua hari sebanyak 20
ml, sehingga setiap tanaman mendapat 40 ml.
Data yang diamati
meliputi tinggi tanaman, luas daun dan berat kering tanaman umur 8 minggu
setelah tanam, jumlah buah dan bobot buah per tanaman.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pemberian ekstrak
gulma Amaranthus spinosus dan Cyperus rotundus memberikan pengaruh
yang tidak berbeda nyata terhadap tinggi tanaman, luas daun dan berat kering
tanaman (Tabel l). Hal ini menunjukkan bahwa potensi alelopati dari gulma Amaranthus
spinosus tidak berbedanyata dalam mempengaruhi pertumbuhan tanaman tomat
dengan gumna Cyperus rotundus.
Demikian halnya dengan saat pemberian ekstrak gulma pada umur 2,4 dan 6 minggu
setelah tanam memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata pada tinggi tanaman
dan berat kering tanaman tetapi berbeda nyata terhadap luas daun. Hal tersebut
menunjukkan bahwa perkembangan luas daun cukup peka terhadap senyawa yang
bersifat alelopati. Semakin awal pemberian ekstrak gulma yang bersifat
alelopati, maka akan semakin terhambat perkembangan daun dari tanaman tomat
(luas daun semakin keci)
Daun merupakan aparat fotosintesis yang cukup penting. Tinggi
rendahnya luas daun pada derajad tertentu berkorelasi positip terhadap hasil
fotosintesis bersih, sehingga semakin tinggi luas daun akan semakin besar pula
fotosintat yang dihasilkan untuk pertumbuhan dan pembentukan buah. Hal ini
dapat ditunjukkan oleh bobot buah yang berbeda nyata lebih tinggi pada tanaman
yang luas daunnya lebih tinggi.
Tabel 1. Uji pembanding rerata dari tinggi tanaman,
luas daun, berat kering jumlah buah dan bobot buah per tanaman.
Perlakuan
|
Tinggi Tanaman (Cm)
|
Luas daun
(Cm)
|
Berat Kering
(gr)
|
Jumlah
buah
|
Bobot buah
(gr)
|
A.spinosus (G1)
Crotundus (G2)
Umur 2 mst (T1)
Umur 4 mst (T2)
Umur 6 mst (T3)
G1T1
G1T2
G1T3
G2T1
G2T2
G2T3
|
81.21
81.68
79.46
81.70
83.18
78.88
81.70
83.06
80.04
81.70
83.30
|
773.88
791.99
627.63 a
780.45 b
940.75 c
621.72
763.98
935.95
633.52
796.93
945.54
|
426.88
427.14
423.74
428.77
428.48
420.65
427.07
432.92
426.84
430.51
424.04
|
4.06
4.66
4
4
5
4ab
3b
5a
4a
5a
5a
|
773.88
791.99
181.34 a
213.22 b
242.58 c
157.03
176.61
235.38
205.67
249.82
249.77
|
Keterangan : Angka yang diikuti huruf
yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbedanyata pada uji Duncan taraf 5%.
Meskipun saat pertumbuhan tanaman peka terhadap alelopati
seperti perkembangan luas daun, tetapi kemampuan tanaman dalam menghasilkan
bahan kering tanaman tidak dipengaruhi saat pemberian senyawa alelopat. Hal ini
ditunjukkan dengan tidak ada beda nyata dari berat kering tanaman pada
pemberian ekstrak gulma pada umur 2, 4 dan 6 minggu setelah tanam.
Hasil tanaman tomat dipengaruhi oleh pemberian ekstrak gulma
(Tabel 1). Jumlah buah dipengaruhi oleh jenis dan saat pemberian ekstrak gulma
(interaksi). Jumlah buah nyata paling rendah pada pemberian ekstrak gulma A.spinosus. Pada saat tanaman umur 4
minggu. Pada umur tersebut tanaman sudah mulai dalam tahap pembentukan bunga.
Pada periode ini jika tanaman mendapat gangguan dapat mempengaruhi pembentukan
buah. Pemberian ekstrak gulma A spinosus
pada tanaman tomat umur 4 minggu setelah tanam mengakibatkan bunga mengering
sehingga sangat sedikit bunga yang dapat membentuk buah.
KESIMPULAN
1. Gulma
A spinosus mempunyai
kemampuan/potensi alelopati seperti gulma C
rotundus
2. Pada awal pertumbuhan tanaman lebih
peka terhadap pemberian ekstrak gulma, sehingga menyebabkan luas daun dan bobot
buah per tanaman nyata lebih rendah.
3. Jumlah buah paling rendah dihasilkan pada
pemberian ekstrak gulma A spinosus
pada umur 4 minggu setelah tanam.
DAFTAR PUSTAKA
Fuji,Y.
l993. The allelopathy effect of some rice
varieties. Technical Bulletin no. 134
Moenandir, J . l990. Persaingan
tanaman Budidaya dengan Gulma. Rajawali Press. Jakarta.101 p.
Nugroho.,A dan J. Moenandir. L988. Pengaruh
Allelopati Teki terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Tanah. Prosiding
Konferensi IX HIGI. Bogor.
Sanusi, M O.R
Madkar dan Suhargiyanto. L98l. Percobaan Pengaruh Alelopati Beberapa Jenis
Gulma terhadap Stek The. Prosiding Konferensi VI HIGI. Medan
Saranga, SL dan
T. Kuntohartono. L986. Pengaruh Ekstrak
Teki terhadap Pertumbuhan Tebu. Prosiding Konferensi VIII HIGI Bandung
Ronoprawiro,S.D
Sasongko dan A.Mardjuki. l988. Kemungkinan
pengaruh Alelopati Grinting (Cynodon dactylon) terhadap Pertumbuhan Tebu. Prosiding Konferensi IX HIGI Bogor
Sastrouto,o,
S.S. l990. Ekologi Gulma. Gramedia Pustaka Utama Jakarta. 217 p.
Utomo I.H., R.
Daos dan Warma. L990. Studi Alelopati
Boreria alata terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kedelai dan Padi Gogo. Buletin
Agronomi Edisi September
Tidak ada komentar:
Posting Komentar