Rumah
yang Penuh Berkah
Oleh : Mihrab Qolbi
Rumah merupakan bagian tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Di sanalah seseorang mendapatkan tempat berlindung dari cuaca panas dan dingin, atau tempat kembali setiap kali bepergian. Di rumah pula, segenap anggota keluarga dapat melakukan berbagai aktivitas.
Selain itu, rumah juga berfungsi sebagai tempat pembinaan. Rumah adalah lokasi terbaik dalam menyemai benih-benih kebaikan serta keimanan dari sebuah keluarga. Sehingga, tidak berlebihan jika setiap orang mendambakan rumah yang nyaman, sejuk, agar mendukung terciptanya keluarga sakinah.
Tidaklah cukup hanya sekadar membangun fisik rumah secara mewah serta mentereng. Namun yang terpenting adalah membangun suasana kondusif dengan dinaungi nilai-nilai Islami dan pada akhirnya sanggup menenteramkan batin penghuninya.
Rasulullah SAW banyak memberikan tuntunan kepada umat yang ingin menjadikan tempat tinggal mereka penuh harmoni dan keberkahan. Syekh Shaleh Ahmad asy-Syaami dalam Berakhlak dan Beradab Mulia, mengatakan, umat perlu meniru rumah Rasulullah SAW.
Nabi SAW memberikan panduan agar jangan berlebihan dalam membangun tempat tinggal. Melainkan, rumah seorang Muslim adalah yang cukup untuk sekadar mampu menutupi dari pandangan orang lain dan melindunginya dari bahaya hewan buas.
Paling tidak, pedoman sebuah rumah yang baik adalah yang bisa memberikan rasa nyaman serta asri. ‘’Dengan begitu, penghuninya akan merasa nyaman, juga merasa terlindungi,’’ papar Syekh asy-Syaami.
Sikap dan tindak tanduk penghuni rumah turut memberikan kontribusi bagi terciptanya suasana tenteram. Nabi SAW menekankan, agar setiap Muslim memperhatikan adab ketika hendak masuk rumah.
‘’Jika kamu hendak masuk rumah, maka sebaiknya kamu ucapkan salam, karena hal itu akan membawa keberkahan bagi kamu dan keluargamu.’’ (HR Tirmidzi)
Ada beberapa hal lain yang patut mendapat perhatian. Rasulullah mencontohkan, saat masuk rumah, jangan secara tiba-tiba, tanpa sepengetahuan keluarga yang ada di dalam, agar mereka tidak kaget. Itulah tujuannya seseorang mengucapkan salam lebih dulu.
Beliau juga berdoa saat pulang ke rumah. ‘’Segala puji hanya milik Allah SWT semata, Zat yang telah memberiku kecukupan dan tempat berlindung, yang telah memberiku makan dan minum, yang telah memberiku karunia dan melebijkannya. Ya Allah, aku meminta kepada-Mu selamatkanlah aku dari api neraka.’’
Dan ketika sudah masuk dalam rumah, beliau biasanya membuka pembicaraan dengan mengajukan pertanyaan. ‘’Nabi menanyakan bagaimana keadaan mereka (anggota keluarga yang lain),’’ tutur Syekh asy-Syaami.
Hendaknya, segala aktivitas yang dilakukan di rumah, tidak terlepas dari niat untuk meraih ridha Allah SWT. Dalam sebuah hadis riwayat Imam Muslim, Rasulullah menekankan, ketika masuk rumah dan sebelum makan di rumah, seseorang sebaiknya menyebut asma Allah.
Maka setan pun berkata, ‘’Tidak ada tempat bermalam dan tidak ada makan malam bagi kalian.’’ Akan tetapi, jika tidak menyebut asma Allah, setan berkata, ‘’Malam ini kalian mendapatkan tempat bermalam dan hidangan makan malam.’’
Dianjurkan pula kepada penghuni rumah untuk senantiasa melingkupi suasana rumah dengan bacaan Alquran. Sabda Nabi SAW, ‘’Jangan jadikan rumah kalian seperti kuburan. Sungguh, rumah yang di dalamnya selalu dibacakan ayat-ayat Alquran, tidak dimasuki setan.’’ (HR Tirmidzi)
Rasulullah juga menjaga keharuman di dalam rumah beliau. Ini mengingat beliau sangat menyukai wewangian. Oleh sebab itu, di dalam rumah sebaiknya penghuni benar-benar menjadi kebersihan, khususnya kamar mandi untuk menghindari munculnya bau yang kurang sedap.
Dari pandangan Syekh Yusuf al Qardhawi, setidaknya terdapat empat elemen terwujudnya rumah yang Islami. Pertama, luas dan bersih, kedua, menghias rumah secara halal dan tidak berlebihan, ketiga, tidak memajang patung di rumah. ‘’Serta keempat, tidak memelihara anjing,’’ ungkap ulama terkemuka itu.
Apabila keluarga itu berkelebihan, dianjurkan untuk memelihara anak yatim, sesuai sabda Rasulullah. ‘’Sebaik-baik rumah kaum Muslimin ialah rumah yang terdapat di dalamnya anak yatim yang diperlakukan (diasuh) dengan baik, dan seburuk-buruk rumah kaum Muslimin ialah rumah yang di dalamnya terdapat anak yatim tapi anak itu diperlakukan dengan buruk.’’ (HR Ibnu Majah). .
Sumber : ROL , Illustrasi : Int.
Memperbanyak
Sujud
Oleh : Mihrab Qolbi
Dikisahkan oleh Rabiah bin Ka’ab al-Aslami, bahwa pada suatu malam ia pernah menyediakan seember air wudhu dan keperluan-keperluan lain yang dibutuhkan Rasulullah SAW. Melihat kebaikan yang dilakukan oleh Rabiah, Rasulullah berkata kepadanya, “Mintalah sesuatu dariku, wahai Rabiah.”
Rabiah pun menyebutkan
permintaannya. “Wahai Rasulullah, aku minta agar Allah menjadikanku sebagai
pendampingmu di surga kelak.” Rasulullah bertanya lagi, “Apakah tak ada
permintaan selain itu?”
“Tidak ada, wahai Baginda Nabi.
Hanya itu yang ingin aku minta darimu,” jawab Rabiah. “Jika demikian, maka
jagalah dirimu untuk memperbanyak sujud.” (HR Muslim).
Sujud pada hakikatnya bukanlah
sekadar gerakan dan ritual yang ada dalam shalat. Lebih dari itu, sujud adalah
salah satu bentuk kepasrahan secara total dengan merendahkan diri
serendah-rendahnya di hadapan keagungan Allah yang Mahakuasa. Sujud merupakan
bentuk pengharapan rida dan cinta dari Zat Yang Maha Melihat, serta bentuk
syukur atas beragam nikmat Allah, dan kecemasan dari azab Allah yang
Mahadahsyat.
Sujud ialah bukti keimanan seorang
Mukmin. “Sesungguhnya orang yang benar-benar beriman kepada ayat-ayat Kami
adalah mereka yang apabila diperingatkan dengan ayat-ayat itu, mereka segera
bersujud seraya bertasbih memuji Rabbnya dan mereka tidak menyombongkan diri.”
(QS al-Sajdah [32]: 15).
Selain itu, sujud juga merupakan
bukti nikmat dan kasih sayang Allah kepada hamba-Nya. “Mereka itu adalah
orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi dari keturunan
Adam, dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh, dari keturunan Ibrahim dan
Israil (Ya’qub), dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah
Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka,
maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis.” (QS Maryam [19]: 58).
Sujud juga momen paling intim antara
seorang hamba dengan Tuhannya. “Sesungguhnya saat yang paling dekat antara
seorang hamba dengan Tuhannya adalah ketika ia sedang bersujud.” (HR Muslim).
Karena sujudlah, seorang manusia mendapat predikat Ibadurrahman, hamba-hamba Tuhan
yang Maha Penyayang, dan dijamin masuk surga. “Dan Ibadurrahman (hamba-hamba
Tuhan yang Maha Penyayang) ialah orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan
rendah hati, dan apabila orang-orang jahil menyapa, mereka mengucapkan
kata-kata (yang mengandung) keselamatan. Dan, mereka adalah orang yang melalui
malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka.” (QS al-Furqan [25]:
63-64).
Dengan sujud pula Allah mengangkat
derajat para sahabat Rasul dan menjadikan mereka sebagai golongan paling mulia
dalam sejarah umat manusia. “Muhammad itu adalah utusan Allah. Dan, orang-orang
yang bersamanya bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih
sayang dengan sesama mereka. Kamu melihat mereka ruku’ dan sujud mencari
karunia Allah dan keridaan-Nya. Tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari
bekas sujud.” (QS al-Fath [48]: 39). Wallahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar