PENGARUH DOSIS GLIFOSAT DAN JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN GULMA DAN
HASIL JAGUNG (Zea mays L. )
THE EFFECT OF GLYPHOSATE DOSE AND PLANT SPACING ON THE GROWTH OF WEEDS
AND YIELD OF CORN (Zea mays L.)
Oleh : Kharis Triyono
Fak. Pertanian
Univ.Slamet Riyadi Surakarta
ABSTRACT
Field experiment was conducted to know the
effect of glyphosate dose and plant spacing on the growth of weeds and to know
the effect on the growth and yield of corn (zea mays L.).
The factorial experiment conducted in
Genengan Jumantono Karanganyar, used randomized completely block design (RCBD)
consited of two factors, with three times replicated. The first factor was dose
of glyphosate which consisted of four level : glyphosate 0 l/ha (G0),
glyphosate 4 l/ha (G1), glyphosate 6 l/ha (G2),
glyphosate 8 l/ha (G3). The second factor was plant spacing which
consisted of three levels : 80 x 20 cm (J1), 80 x 30 cm (J2)
, 80 x 40 cm (J3).
Result of the experiment showed that
application of gkphosate coused shifted in weeds composition, before sprayed
Imperata cylindrica was dominated and
after sprayed did not dominate again. Plant spacing did not affect on the weeds
and corn growth, but affected on the yield of corn. Different dose of
glyphosate did not affect significantly on the yield of corn, but by
increasinjg dose of glyphosate was applied more depressing on weeds, so the
yield of corn more increasing.
Key words : Glyphosate dose, plant spacing,yield of
corn
PENDAHULUAN
Tanaman jagung(Zea mays L.) merupakan tanaman pangan utama
setelah padi. Nilai jagung semakin penting karena sebagai bahan baku industri
dan bahan pakan, hal ini menyebabkan kebutuhan akan jagung terus meningkat
(Soedaryanto et al., 1997). Jagung
merupakan tanaman palawija yang penanamannya paling luas dibandingkan palawija
yang lain, walau demikian produksi nasional kita belum mampu mengimbangi
kebutuhan jagung dalam negeri karena perkembangan industri dan pakan ternak yang ada ( Subandi et al., 1998).
Upaya peningkatan produksi
jagung terus dilakukan guna mencukupi kebutuhan antara lain dengan penggunaan
varietas unggul, pengembangan kultur teknik yang sesuai dengan kultivarnya.
Ainun dan Ashabul ( 1998) menyatakan bahwa hasil tanaman sangat dipengaruhi
oleh faktor lingkungan dan kultur teknik yang diterapkan dalam budidaya. Kultur
teknik yang diterapkan seperti halnya penetapan jarak tanam, penetapan jarak
tanam yang kurang tepat akan dapat menyebabkan hasil yang diperoleh tidak
seperti yang diharapkan.
Jarak tanam mempengaruhi
lingkungan fisik baik langsung maupun tidak langsung melalui persaingan antar
tanaman dalam memanfaatkan faktor tumbuh. Jarak tanaman yang tepat tajuk
tanaman akan segera menutup yang secara tidak langsung akan menghambat
pertumbuhan gulma sehingga pertumbuhan tanaman akan lebih baik yang akhirnya
dapat memberikan hasil yang tinggi .Pengaturan jarak tanam selain untuk
mempertinggi jumlah tanaman persatuan luas juga dapat dimaksudkan untuk menekan
pertumbuhan gulma yang muncul di lapangan.Usaha menekan pertumbuhan gulma
dipertanaman jagung selain dengan pengaturan jarak tanam juga dapat dilakukan
dengan penggunaan herbisida, salah satunya dengan glifosat. Glifosat merupakan
herbisida sistemik yang berspektrum luas serta mudah ditranslokasikan dalam
jaringan tanaman walau daya bunuhnya lambat (Sastroutomo, 1992)
Salah satu hal yang penting
dalam penggunaan herbisida adalah penentuan dosis yang tepat sebab bila dosis
tidak tepat dapat menyebabkan tidak efektif, pemborosan dan dapat mengurangi
selektifitas herbisida bahkan dapat menyebabkan penekanan terhadap pertumbuhan
dan perkembangan tanaman jagungnya. Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu
dilakukan penelitian apakah dengan jarak tanam dan dosis herbisida yang
berbeda-beda akan menyebabkan perbedaan pertumbuhan gulma, tanaman dan hasil
jagung yang diperoleh.
BAHAN DAN METODE
Penelitian dilakukan di desa
Genengan Kec.Jumantono Kab. Karanganyar
antara bulan Oktober 2009 sampai Pebruari 2010, dengan jenis tanah latosol.
Penelitian faktorial (3 x 4 )
ini disusun dengan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL), masing-masing
kombinasi perlakuan diulang tiga kali. Faktor pertama adalah dosis glifosat
terdiri dari 4 taraf yaitu G0 = kontrol (0 l/ha), G1=
dosis glifosat 4 l/ha, G2= dosis glifosat 6 l/ha dan G3 =
dosis glifosat 8 l/ha. Faktor kedua adalah pengaturan jarak tanam yang teridiri
dari 3 taraf yaitu J1 = 80 x 20 cm, J2 = 80 x 30 cm, J3
= 80 x 40 cm. Ukuran setiap petak 4,2 x 2,6 m, jenis jagung yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Bisi-3, yang ditanam 1 minggu setelah perlakuan glifosat
dengan dosis sesuai perlakuan, satu tanaman per lubang dan jarak tanam sesuai
perlakuan.
Pengamatan meliputi keberadaan
gulma sebelum dan sesudah perlakuan, daya brantas herbisida berdasarkan WRC,
berat kering gulma, pertumbuhan tanaman jagung yang meliputi tinggi tanaman,
panjang daun, lebar dan jumlah daun. Sedangkan komponen hasil meliputi panjang,
diameter dan berat tongkol serta berat biji pipilan kering per ha.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Gulma
Keberadaan
gulma sebelum pengendalian dilakukan diidentifikasi baik jenis maupun
jumlahnya, demikian pula setelah diberi perlakuan herbisida sesuai dengan
dosisnya untuk masing-masing kombinasi perlakuan dan hasil analisisnya
disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1.
Nisbah Jumlah Dominasi Gulma Sebelum Perlakuan
Jenis Gulma
|
Golongan
|
SDR
|
Imperata cylindrica
Digitaria ciliaris
Mitracarpus villosus
Mimosa pudica
Borreria repens
Croton hirtus
Dactyloctenium aegyptium
Dichrocephala integrifolia
Phylanthus debilis
Ageratum conyzoides
Polytrias amaura
Spigelia anthelmia
Uraria lagopoides
Celosia argentea
Cyperus rotundus
Borreria distans
Oxalis barrelieri
Brachiaria reptans
Tridax procumbens
Brachiaria eruciformis
Ipomea triloba
Echinochloa colonum
Mimosa invisa
Aeshynomene indica
Paspalum commersionii
Anoxopus compressus
|
Rumput
Rumput
Berdaun lebar
Berdaun lebar
Berdaun lebar
Berdaun lebar
Rumput
Berdaun lebar
Berdaun lebar
Berdaun lebar
Rumput
Berdaun lebar
Berdaun lebar
Berdaun lebar
Teki
Berdaun lebar
Berdaun lebar
Rumput
Berdaun lebar
Rumput
Berdaun lebar
Rumput
Berdaun lebar
Berdaun lebar
Rumput
Rumput
|
15,16
13,94
10,41
7,97
6,85
6,31
5,54
4,19
3,58
3,25
3,13
2,80
2,38
1,81
1,64
1,62
1,43
1,27
1,20
1,12
1,05
0,98
0,87
0,56
0,51
0,25
|
Sebelum
penyemprotan dengan herbisida dapat ditemukan 26 jenis gulma yang terdiri dari
1 jenis teki, 9 jenis golongan rerumputan
dan 16 jenis golongan daun lebar dan berdasarkan pada SDRnya dapat
disimpulkan bahwa lahan penelitian didominasi oleh Imperata cylindrica (SDR 15,16), jenis lain yang mempunyai nilai
cukup besar adalah Digitaria ciliaris
(SDR 13,94) yang mempunyai nilai relatif besar pula adalah dari golongan daun
lebar yaitu Mitracarpus villosus (10,41),
Mimosa pudica (7,97), Borreria repens (6,85) dan Croton hirtus (6,31). Aplikasi glifosat menyebabkan terjadinya
pergeseran komposisi gulma yang ada, seperti yang terjadi pada penelitian bahwa
gulma yang sebelumnya mendominasi setelah perlakuan tidak dominan lagi dan
bahkan ada beberapa gulma yang tereduksi. Gulma yang tereduksi seperti Uraria logopoides, Polytrias amaura, Celosia
argentea, Brachiaria reptans dan Cyperus
rotundus.
Penyemprotan
glifosat pada lahan pertanaman jagung disamping menyebabkan ada jenis gulma
yang tereduksi juga menyebabkan jenis gulma lain muncul seperti Amaranthus gracilis, Heliotropium indicum,
Euphorbia hirta, Digitaria longiflora dan Eleusine indica. Dengan perlakuan herbisida terjadi perubahan
faktor lingkungan di pertanaman jagung sehingga akan menyebabkan perubahan
komposisi gulma yang ada. Tjitrosoedirdjo et
al., (1994) menyatakan bahwa pengendalian gulma dengan herbisida untuk
mengendalikan golongan gulma tertentu dapat menyebabkan munculnya gulma dari
golongan lain karena adanya faktor lingkungan.
Pengaruh
penyemprotan herbisida pada pertumbuhan gulma berdasarkan berat keringnya dari
hasil analisis menunjukkan bahwa dosis herbisida memberikan pengaruh nyata
terhadap berat kering gulma yang ada, hasil uji bedanya seperti yang disajikan
dalam Tabel 2.
Tabel 2. Pengaruh
Dosis Glifosat terhadap Berat Kering Gulma (g)
Perlakuan
Dosis
|
Minggu
pengamatan
|
|||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
|
0 l/ha
4 l/ha
6 l/ha
8 l/ha
|
44,58b
34,82ab
35,40ab
29,59a
|
124,61b
93,88ab
71,62a
63,29a
|
151,58b
104,82b
87,66a
81,95a
|
166,36b
130,24ab
114,82ab
107,61a
|
184,97b
161,02ab
134,34a
139,91a
|
214,79a
182,26a
158,91a
177,31a
|
Keterangan : Huruf berbeda yang mengikuti angka-angka dalam kolom yang
sama menunjukkan adanya perbedaan yang
nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%.
Hasil
analisis beda pada Tabel 2 di atas nampak bahwa semakin besar dosis herbisida
yang diberikan memberikan daya berantas terhadap gulma semakin besar pula. Pengaruh herbisida yang diberikan setelah
enam minggu nampak sudah tidak menunjukkan perbedaan dengan yang tidak
disemprot herbisida, berarti glifosat yang diberikan pengaruhnya telah sangat
berkurang.
2.
PERTUMBUHAN TANAMAN
Pertumbuhan
tanaman jagung yang diamati meliputi tinggi tanaman, panjang, lebar dan jumlah
daun, dan dari hasil analisis ragamnya menunjukkan bahwa perlakuan dosis
herbisida memberikan pengaruh nyata terhadap parameter tersebut sedangkan jarak
tanam tidak memberikan pengaruh nyata. Dari hasil uji beda yang dilakukan
hasilnya disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Pengaruh Dosis Herbisida terhadap
Pertumbuhan Tanaman Jagung
Perlakuan
Dosis
|
Rata-rata
|
|||
Tinggi tanaman(cm)
|
Panjang daun (cm)
|
Lebar daun (cm)
|
Jumlah daun (buah)
|
|
0 l/ha
4 l/ha
6 l/ha
8 l/ha
|
148,84a
162,28ab
166,83b
170,91b
|
75,61a
80,13ab
83,21b
84,45b
|
7,59a
8,30b
8,64b
8,78b
|
13,93a
14,23ab
14,34ab
14,58b
|
Keterangan : Huruf berbeda yang mengikuti
angka-angka dalam kolom yang sama menunjukkan
adanya perbedaan yang nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT)
pada taraf 5%.
Penyemprotan
herbisida pada lahan jagung dapat menekan pertumbuhan gulma sampai pada minggu
ke enam atau sampai tanaman jagung berumur lima minggu gulma tertekan seperti
pada tabel2 terdahulu. Dengan
tertekannya pertumbuhan gulma tersebut memberikan pengaruh positif terhadap
pertumbuhan jagung karena tidak adanya saingan terhadap kebutuhan lingkungan
dari gulma yang berarti. Dengan dosis 6 l/ha dapat menekan gulma secara baik
sehingga memberikan pertumbuhan tanaman jagung yang baik yang ditunjukkan oleh
tinggi tanaman, panjang, lebar dan jumlah daun yang lebih tinggi dari yang
tanpa diberi herbisida. Dengan pertumbuhan daun yang baik akan memungkinkan
tanaman mampu menerima cahaya yang maksimal untuk proses pertumbuhan dan
perkembangan tanaman yang nantinya diharapkan hasilnya akan tinggi pula.
3.
KOMPONEN HASIL JAGUNG
Hasil
pengamatan komponen hasil jagung disajikan dalam Tabel 4 berikut :
Tabel 4. Pengaruh Dosis Glifosat dan Jarak
Tanam terhadap Komponen Hasi Jagung
Perlakuan
|
Panjang tongkol (cm)
|
Diameter tongkol (cm)
|
Berat tongkol(g)
|
Berat 100 biji (g)
|
Berat biji/ha (kg)
|
Dosis
0 l/ha
4 l/ha
6 l/ha
8 l/ha
Jarak Tanam
80 x 20 cm
80 x 30 cm
80 x 40 cm
|
10,20a
11,73b
13,05c
12,24bc
10,50a
11,13b
12,95c
|
3,87a
4,08ab
4,18b
4,18b
3,97a
4,08ab
4,18b
|
87,01a
123,42b
127,70b
132,60b
98,73a
121,38ab
133,11b
|
20,70a
22,84b
22,95b
23,15b
21,82a
22,44a
22,84a
|
2168,07a
3198,85b
3321,33b
3194,01b
3318,84b
3016,91ab
2531,97a
|
Keterangan : Huruf berbeda yang mengikuti angka-angka dalam kolom yang
sama menunjukkan adanya perbedaan yang
nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%.
Hasil
analisis ragam (Tabel 4) menunjukkan bahwa perlakuan dosis herbisida dan jarak
tanam masing-masing memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap komponen
hasil jagung yang diamati.
Pengendalian
gulma dengan dosis herbisida yang tepat akan dapat menekan pertumbuhan gulmanya
pada awal pertumbuhan tanaman jagung sehingga tanaman dapat tumbuh secara
maksimal. Keberadaan gulma pada awal pertumbuhan tanaman dapat sangat merugikan
tanaman pokok karena persaingan dalam mendapatkan air, hara dan cahaya matahari
dari lingkungannya (Sutoto et al., 1996).
Selain itu dengan pemberian glifosat dengan dosis yang sesuai akan dapat
meningkatkan ketersediaan hara dan bahan organik dalam tanah (Niswati et al., 1995). Pertumbuhan tanaman yang
baik memungkinkan tanaman mampu memberikan hasil sesuai dengan potensi hasil
yang dimilikinya ( Leopold dan Kriedeman, 1979. Gardner et al., 1985).Penggunaan glifosat dengan dosis 4 l/ha sudah mampu
memberi kondisi lingkungan yang memungkinkan tanaman jagung memberikan komponen
hasil tinggi jauh dibandingkan dengan yang tanpa diberi glifosat.
Jarak tanam
jarang akan memberikan ukuran tongkol dan biji yang lebih besar dai pada yang
dihasilkan dari tanaman yang ditanam rapat, tetapi dari berat total per ha-nya
jarak tanam rapat memberikan hasil yang lebih besar dari yang jarak tanam
jarang. Karena dengan peningkatan populasi tanaman yang berarti jumlah
tanamannya lebih banyak akan meningkatkan hasil jagung persatuan luas walau
ukuran bijinya lebih kecil (Ridwan, 1996)
KESIMPULAN
Berdasarkan
pada penelitian ini dapat disimpulkan :
- Jarak tanam tidak memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan gulma maupun tanaman jagungnya, tetapi berpengaruh nyata terhadap komponen hasil terutama berat tongkol yang mencakup panjang dan diameternya. Jarak tanam jarang 80 x 40 cm memberikan berat tongkol sebesar 133,11 g. Tetapi hasil total per ha-nya tertinggi dicapai pada jarak tanam 80 x 20 cm dengan hasil jagung pipilan kering sebesar 3318,84 kg/ha, sedang untuk jarak tanam 80 x 40 cm menghasilkan 2531,97 kg/ha.
- Penyemprotan glifosat dapat menekan pertumbuhan gulma dan memacu pertumbuhan tanaman jagung, dosis 6 l/ha cukup efektif menekan gulma dan menghasilkan pertumbuhan tanaman jagung dan hasil biji pipilan kering yang tinggi sebesar 3321,33 kg/ha.
DAFTAR PUSTAKA
Ainun , M dan Ashabul A.. 1998. Akumulasi
dan partisi bahan kering tanaman jagung: Pengaruh pemupukan N Jurnal Agrista 2 (3) 231 – 242.
Gardner,F.P.R.B.Pearce,R.L
Mitchel. 1985. Physiology of crop plants.
The Iowa University
Press Iowa
Leopold, A.C., and P.E. Kriedeman, 1979 . Plant growth and development. McGrawHill Book Company Inc.New Delhi
Niswati,A.SG. Nugroho dan M.Utomo. 1995. Pengaruh aplikasi herbisida glifosat terus menerus selama lima belas musim dalam
praktek tanpa olah tanah terhadap populasi mikrobia tanah.Pros.OTK : 140 –
148.
Ridwan, M. 1996. Pengaruh
populasi jagung terhadap pertumbuhan dan produksi jagung dan kedelai yang
ditanam dalam pola tumpangsari. Buletin Agronomi No.1 (1) 5 – 10
Sastroutomo,S.S. 1992. Pestisida,
dasar-dasar dan dampak penggunaannya. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Oedaryanto,T.A, Suryana,
dan Erwidodo. 1977. Penawaran, Permintaan
dan Konsumsi Jagung di Indonesia Pengalaman Pelita VI dan Proyeksi Pelita VII.
Makalah Seminar dan Lokakarya Nasional Hasil Penelitian Menunjang Akselerasi
Pengembangan Jagung, Maros Ujung Pandang 11- 12 November 1997.
Subandi, S. Mahyudin dan W.
Adi. 1998. Jagung. BLPP.Bogor. 49 –
248
Sutoto,S.R.,R
Soedharoedjian dan A.T. Soejono. 1996. Alternatif
penentuan periode kritis jagung manis terhadap kompetisi gulma. Pros.Konf.HIGI
XIII. 7 – 13
Tjitrosoedirdjo, S., I.H
Utomo dan J Wiroatmodjo. 1994.
Pengendalian gulma di perkebunan.
Gramedia. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar