Sabtu, 28 April 2012

Hak-hak Persaudaraan Islam


1. Mencintai Saudaranya karena Allah SWT
Hendaknya seorang muslim tidak mencintai saudaranya kecuali karena Allah SWT, bukan karena kepentingan dunia, jika persaudaraan dan persahabatan dilandasi bukan karena Allah SWT maka persaudaraan itu karena kepentingan dunia, maka kecintaan dan persahabatan tersebut akan pudar dan sirna
2. Senantiasa memberi bantuan
Termasuk hak-hak persaudaraan sesama muslim adalah saling berkorban untuk membantu saudara atau sahabatnya, baik dengan harta maupun fisik. Sebab hakekat persaudaraan adalah mengutamakan saudara daripada diri sendiri atau berbuat itsar. Allah SWT berfirman “Dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri sekalipun mereka dalam kesusahan”( QS.Al-Hasyr :9)
3. Menjaga Kehormatan Saudaranya
Ini merupakan hak yang sangat agung. Bahkan tidak bisa dipahami makna dan nilai persahabatan secara khusus kecuali dengan menjaga kehormatan saudaranya. Diantara bentuk-bentuk menjaga kehormatan sesama muslim antara lain :
-          Menahan diri untuk tidak menyebutkan kejelekan-kejelekannya
-          Tidak ikut campur pada permasalahan-permasalahan pribadinya yang tidak ia tampakkan kepada kita
-          Menjaga rahasia-rahasia probadinya
4. Menjauhi Berburuk Sangka Terhadap Saudaranya
Selayaknya bagi seorang yang bersahabat untuk tidak berburuk sangka kepada sahabatnya karena dengan berburuk sangka bisa mengakibatkan rusaknya hubungan diantara mereka. Rasulullah SAW bersabda yang artinya :” Jauhilah prasangka karena sesungguhnya prasangka adalah berita yang paling dusta.” (HR. Bukhari dan Muslim)
5. Menjauhi Perdebatan dengan Saudaranya
Merupakan hak-hak persaudaraan Islam adalah menghindari perdebatan diantara merela. Karena perdebatan dapat memudarkan rasa cinta dan menyebabkan sirnanya ni;ai persahabatan, merusak persahabatan yang telah terjalin, dan menimbulkan kebencian, permusuhan serta terputusnya hubungan diatara manusia.
6. Berbuat dengan Lisan     
Diantara cara berbuat baik dengan lisan adalah :
-          Tidak pelit untuk mengungkapkan kecintaan kepada saudaranya
-          Memujinya tetapi tidak dihadapnnya. Karena memuji dihadapannya bisa menimbulkan sifat ujub
-          Berteriakasih atas kebaikan-kebaikannya
7. Memaafkan kesalahanSaudaranya
Tidaklah ada dua orang sahabat atau dua orang bersaudara atau lebih kecuali pasti diantara mereka yang berbuat salah. Pasti salah satu akan melihat kesalahan yang lain, saudaranya pasti akan menimbulkan luka, karena mereka adalah manusia. Oleh karena itu, termasuk hak-hak persaudaraan adalah saling memaafkan
8. Turut gembira dengan karunia yang Allah SWT berikan kepadanya
Termasuk hak-hak persaudaraan adalah ketika Allah SWT memberikan kepad salah seorang saudara kita karunia dan kenikmatan, maka kita turut bergembira dengan hal itu. Seolah-olah Allah SWT memberikan karunia itu kepada kita. Dan hal ini akan menjauhkan kita dari perbuatan saling mendengki
9. Menjalin kerjasama dalam kebaikan
Hendaknya bagi orang yang bersahabat terjadi tolong-menolong dalam kebaikan. Allah SWT berfirman :”Dan tolong menolonglah kalian dalam mengerjakan kebaikan dan ketaqwaan dan janganlah kalian saling tolong-menolong dalam mengerjakan dosa dan permusuhan” (QS.Al-Maidah : 2)
10 Saling Bermusyawarah
Hendaknya diantara orang yang bersaudara terjadi musyawarah. Janganlah salah seorang diantara mereka memutuskan perkaranya sendiri, namun hendaknya dimusyawarahkan.

(Dikutip dari Buletin “Al Ilmu “ Th VII/Edisi 1341 Rabi’ul Akhir 1433H/ Maret 2012)

Senin, 23 April 2012

PENGARUH JARAK TANAM DAN CARA PENGENDALIAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI

PENGARUH JARAK TANAM DAN CARA PENGENDALIAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI

THE EFFECT OF PLANT SPACING AND WEED CONTROL METHODS ON THE GROWTH AND YIELD OF SOYBEAN


Kharis Triyono
Fak. Pertanian Univ. Slamet Riyadi Surakarta



ABSTRACT

The experiment was conducted the study the effects of plant spacing and weed control methods on the growth and yield of soybean The experiment was done from April to July 2009 in Jumantono Karanganyar Central  Java. RCBD was  used experiment with three replication . The plant spacing were 40 x 15 cm (Jl) and 30 x 20 cm (J2). The four treatments of weed control methods were without weeding control (G0) , twice weeding (Gl), application of fomesafen herbicide (G2) and rice straw mulch (G3).
The result showed that application of fomesafen herbicide decreased weed growth and its dry weight ; and increased soybean yield. It was higher than another weed control The plant spacing affect leaves area at 6 week and soybean yield per plot.

Key words : plant spacing, weed control methods, soybean yield


PENDAHULUAN

Kedelai merupakan tanaman pangan mempunyai nilai gizi relatip tinggi dibanding polowijo lainnya, terutama protein, lemak, vitamin maupun mineral lainnya. Selain sebagai bahan pangan kedelai digunakan sebagai bahan dasar industri kosmetik, obat-obatan , keju dan pakan ternak. Di kawasan Asia Indonesia merupakan negara penghasil kedelai terbesar ketiga setelah Cina dan India, dan Negara terbesar keenam di dunia (FAO, 1977 cit Sarwanto dan Wudianto (l999). Namun produktivitasnya masih rendah yaitu 1,1 ton per hektar. Walaupun secara teoritis jika tanpa hambatan apapun produktivitas kedelai di Indonesia maksimum 3 – 3,5 ton/ha. Rendahnya hasil tersebut disebabkan oleh banyak factor diantaranya adalah pengelolaan jasad pengganggu khususnya gulma yang belum optimal.
Gulma pada tanaman kedelai menyebabkan terjadinya persaingan dalam pengembilan unsur hara, air, cahaya dan ruang tumbuh . Penurunan hasil akibat persaingan dengan gulma dapat mencapai 52,49 persen (Hasanudin cit, Husnalita et al., 1996). Menurut Arjasa dan Bangun (l985) bila gulma yang tumbuh pada tanaman kedelai tidak disiang penurunan hasil berkisar antara 18 – 76 persen. Oleh karena itu agar tanaman dapat memberikan hasil yang tinggi maka tanaman harus mampu mendapatkan faktor tumbuh yang optimal dengan meminimalkan terjadinya persaingan inter maupun intra spesifik. Hal ini dapat dilakukan dengan pengaturan jarak tanam dan dengan pengendalian gulma.
Jarak tanam mempengaruhi lingkungan fisik baik langsung maupun tidak langsung melalui persaingan antar tanaman dalam memanfaatkan faktor tumbuh. Jarak tanaman yang tepat tajuk tanaman akan segera menutup yang secara tidak langsung akan menghambat pertumbuhan gulma sehingga pertumbuhan tanaman akan lebih baik yang akhirnya dapat memberikan hasil yang tinggi (Bunting, 1973)
Pengendalian gulma merupakan upaya untuk menekan pertumbuhan gulma hingga tidak menimbulkan gangguan terhadap tanaman. Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain secara mekanis, kultur teknis, biologis dan kimiawi. Pengendalian gulma secara mekanis dengan penyiangan dengan tangan membutuhkan tenaga kerja sekitar 35 – 40 HOK per hektar, sedang pengendalian secara kimiawi dengan herbisida hanya memerlukan 3-4 HOK per hektar (Sudirman dalam Chaerudin dan Noor, 1996). Selain hal tersebut pengendalian dapat dilakukan dengan mulsa. Pemanfaatan gulma insitu sebagai mulsa untuk mengendalikan gulma terutama pada agroekosistem lahan kering bermanfaat banyak terhadap produktivitas tanah dan tanaman. Bangun (l988) melaporkan bahwa Kiyambang (Salvinia molesta) diberikan saat tanam atau 7 hari setelah tanam cukup efektip mengendalikan gulma pada padi sawah, sedangkan pemberian mulsa jerami 10 ton per hektar mampu menekan pertumbuhan gulma 53,05% pada tanaman Jahe (Sudirman et al., 1988).
Beberapa faktor yang mempengaruhi keefektipan pengendalian gulma, antara lain jenis gulma yang berkembang, cara pengendalian yang diterapkan, sistem tanam, iklim serta tipologi lahannya. Apabila salah satu faktor tidak mendukung maka keefektipan pengendalian akan rendah. Berkaitan dengan hal tersebut di atas, maka perlu diuji cara pengendalian gulma yang dapat dikembangkan pada tanaman kedelai yang ditanam dengan jarak tanam yang berbeda.
BAHAN DAN METODE
Penelitian Dilakukan di desa Genengan Kec. Jumantono Karanganyar dari bulan April sampai dengan bulan Juli 2009.Penelitian dilakukan pada tanah sawah menggunakan rangcangan acak kelompok lengkap dua faktor dengan tiga ulangan. Faktor I adalah jarak tanam yang terdiri dari dua aras yaitu : Jarak tanam 40 x 15 cm (Jl) dan jarak tanam 30 x 20 cm (J2). Faktor II adalah cara pengendalian gulma yang terdiri dari 4 aras yaitu : Tanpa penyiangan (G0), Penyiangan dengan kored dua kali pada umur 3 dan 6 minggu setelah tanam (G1) , penggunaan herbisida Fomesafen (Reflek 3 l/ha) pada umur 2 minggu setelah tanam (G2) dan penggunaan mulsa jerami (G3). Data dianalisis dengan Analisis keragaman pada jenjang nyata 5% dan uji LSD pada jenjang nyata 5%.
Kedelai ditanam dengan jarak tanam sesuai perlakuan dengan ukuran petak percobaan 1,5 x 2,8 m. Pemupukan menggunakan pupuk Urea, SP-36 dan KCl masing-masing dengan dosis 21 gr, 42gr dan 21 gr per petak percobaan. Pemupukan dilakukan pada saat tanam sebagai pupuk dasar dengan pupuk SP-36 dan KCl serta ½ dosis pupuk urea. Pada umur 3 minggu ½ dosis pupuk Urea diberikan sebagai pupuk susulan.
Analisis vegetasi gulma dilakukan sebelum pengolahan tanah dan saat tanaman berumur 10 minggu, menggunakan metode kuadrat dengan ukuran plot 0,5 x 0,5 m. Parameter gulma yang diamati meliputi sumed dominance ratio dan efisiensi pengendalian gulma. Parameter tanaman yang diamati meliputi berat kering tanaman, jumlah polong isi/tanaman, bobot biji /tanaman, bobot biji /petak dan bobot 100 biji.



HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis vegatasi gulma menunjukkan pergeseran gulma dominan antara sebelum dan sesudah pengolahan tanah hanya terjadi pada perlakuan penyiangan, sedang perlakuan lainnya gulma yang dominan sama dengan sebelum pengolahan tanah. Pada perlakuan penyiangan dan penggunaan herbisida terjadi penurunan jenis gulma dari 13 jenis sebelum pengolahan tanah menjadi 11 dan 10 jenis setelah pengolahan tanah (Tabel 1).

Tabel 1. Nilai SDR sebelum dan sesudah pengolahan tanah

Jenis Gulma
Sebelum
Olah tanah
Setelah Perlakuan

G0
Gl
G2
G3
Ageratum conyzoides
Commelina nodiflora
Cynodon dactylon
Cyperus rotundus
Digitaris sp
Emilia sonnchifolia
Eulisine indica
Hedyotis diffusa
Ludwigia adcendes
Marsilea crenata
Melochia corchorifolia
Oryza sativa
Hpysalis angulata

3.08
16.12
6.30
19.51
2.04
2.29
31.42
6.68
2.81
3.03
3.17
0.08
3.64

1.45
16.13
4.99
16.28
2.96
2.37
32.54
5.34
1.26
5.15
2.06
1.58
8.77
2.38
14.80
5.82
26.95
2.77
1.71
26.76
6.97
0
6.09
3.59
0
3.06
0
12.87
7.70
18.88
0
3.52
38.81
7.04
1.59
6.37
4.13
0
0
1.93
18.37
5.35
23.89
4.15
0.78
24.84
5.92
2.14
8.10
0.07
3.54
1.81

Perlakuan jarak tanam tidak berpengaruh nyata terhadap berat kering ketiga jenis gulma yaitu gulma teki, rumput dan gulma daun lebar (Tabel 2). Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan jarak tanam antar baris maupun dalam baris tanaman tetapi jumlah populasi tanaman yang sama, tidak menyebabkan perbedaan tingkat pertumbuhan dari gulma. Cara pengendalian gulma berpengaruh nyata terhadap berat kering gulma (Tabel 2).











Tabel 2. Berat kering gulma saat tanaman umur 10 mst (g)

Perlakuan
Gulma
Rumput
Teki
Daun Lebar
J1
J2

G0
G1
G2
G3

J1G0
J1G1
J1G2
J1G3
J2G0
J2Gl
J2G2
J2G3
12.77
12.42

11.11a
5.40c
1.06d
7.62b

11.21
5.35
1.11
7.87
11.01
5.45
1.01
7.37
16.56
19.24

12.96a
10.45c
1.06d
11.36b

11.91
8.88
0.50
11.81
13.93
12.02
1.61
10.90

20.90
20.30

20.60a
8.28c
2.92d
9.39b

21.31
6.96
3.53
9.99
19.89
9.59
2.32
8.78

      Keterangan  : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom menunjukkan tidak beda nyata pada taraf uji LSD 5%

Herbisida fomesafen mempunyai kemampuan menekan pertumbuhan gulma nyata lebih baik dari penyiangan dua kali dan penggunaan mulsa jerami. Penggunaan mulsa efektivitasnya sama dengan pengendalian gulma dengan penyiangan dua kali (Tabel 3), sehingga penggunaan mulsa dapat menggantikan penyiangan untuk menekan pertumbuhan gulma. Penggunaan mulsa disamping dapat menghemat tenaga kerja dibandingkan penyiangan juga dapat meningkatkan kandungan bahan organik tanah sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan kesuburan tanah.

Tabel 3. Rerata efisiensi pengendalian gulma pada tanaman kedelai
Perlakuan
Efisiensi (%)
G0
G1
G2
G3
-
47.29b
89.57a
37.12b
Keterangan  : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom menunjukkan
                       tidak bedanyata pada taraf uji LSD 5%

Efisiensi pengendalian gulma tertinggi dicapai pada perlakuan pengendalian dengan herbisida fomesafen, sehingga penggunaan herbisida fomesafen merupakan cara yang tepat untuk mengendalikan gulma pada tanaman  kedelai.
Pertumbuhan tanaman dalam penelitian ini digambarkan oleh parameter berat kering tanaman. Jarak tanam tidak berpengaruh nyata pada berat kering tanaman sedangkan perlakuan penyiangan berpengaruh nyata pada berat kering tanaman pada umur 4 minggu setelah tanam tetapi tidak berpengaruh nyata pada umur 5 dan 6 minggu setelah tanam (Tabel 4)

Tabel 4. Berat kering tanaman umur 4, 5 dan 6 mst (g)

Perlakuan
Berat kering umur (mst)
4
5
6
J1
J2

G0
G1
G2
G3

J1G0
J1G1
J1G2
J1G3
J2G0
J2Gl
J2G2
J2G3
8.66
8.73

6.41a
9.64c
10.75d
7.97b

7.17
8.78
9.29
9.39
5.65
10.50
12.22
6.56
19.54
17.27

17.17
19.49
20.90
16.05

20.40
20.40
19.19
18.18
13.93
18.58
22.62
13.93

29.79
25.60

25.35
28.48
28.68
28.28

27.47
33.02
26.46
31.31
23.23
23.93
30.90
24.34
      Keterangan  : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom menunjukkan
                             tidak beda nyata pada taraf uji LSD 5%

Perlakuan jarak tanam tidak berpengaruh pada komponen hasil tetapi perlakuan cara pengendalian gulma berpengaruh nyata terhadap komponen hasil dan hasil kedelai. Jumlah polong  per tanaman , bobot biji pertanaman dan per petak tertinggi pada perlakuan pengendalian gulma dengan herbisida fomesafen kemudian diikuti oleh perlakuan penyiangan dan perlakuan penggunaan mulsa jerami (Tabel 5).

Tabel 5. Komponen hasil dan hasil kedelai

Perlakuan
Jumlah polong isi/tanaman
Bobot 100 biji(g)
Bobot biji/tanaman
Bobot biji/petak
J1
J2

G0
G1
G2
G3

J1G0
J1G1
J1G2
J1G3
J2G0
J2Gl
J2G2
J2G3
60.42
62.65

27.60d
70.36b
91.11a
57.06c

27.85
68.17
90.06
55.63
27.35
72.54
92.16
58.49
10.80
10.80

9.59c
11.49b
11.63a
10.48c

9.58
11.63
11.27
10.72
9.59
11.34
12.05
10.24
10.01
10.30

5.30d
11.66b
13.35a
10.39c

5.45
11.48
12.85
10.27
5.15
11.84
13.83
10.50
170.10
179.86

121.80d
186.80b
208.80a
182.56c

120.80
177.93
202.33
179.38
122.79
195.67
215.26
185.74
Keterangan  : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom menunjukkan
                       tidak beda nyata pada taraf uji LSD 5%


Hal ini ternyata berhubungan positip dengan tinggi rendahnya berat kering gulma. Berat kering mencerminkan tingkat pertumbuhan sehingga pada perlakuan yang menghasilkan berat kering rendah , maka pertumbuhan gulmanya juga rendah (pertumbuhan gulma tertekan). Hal ini mempengaruhi kemampuan tanaman kedelai dalam berkompetisi untuk mendapatkan faktor tumbuh dengan gulma. Sehingga hasil kedelai tertinggi didapatkan pada petak percobaan yang berat kering gulmanya paling rendah yaitu pada perlakuan dengan herbisida fomesafen. Namun demikian semua cara pengendalian gulma dapat menekan pertumbuhan gulma (Tabel 2), sehingga tanaman dapat memanfaatkan faktor tumbuh (unsur hara, air , cahaya matahari dan lain-lain) yang tersedia dalam jumlah terbatas dengan leluasa tumbuh dan berproduksi yang lebih baik.





KESIMPULAN
  1. Jarak tanam berpengaruh nyata terhadap hasil kedelai per petak tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman, berat kering gulma dan hasil kedelai per tanaman.
  2. Cara pengendalian gulma berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman umur 4 minggu setelah tanam, berat kering gulma dan hasil kedelai.
  3. Berbagai cara pengendalian mampu menekan pertumbuhan gulma dan pengendalian herbisida fomesafen memberikan efisiensi pengendalian serta hasil kedelai nyata paling tinggi.


DAFTAR PUSTAKA
Sarwanto, A dan R.,Wudianto. 1999. Meningkatkan Hasil Panen Kedelai di Lahan Sawah Kering dan Pasang surut. Penebar Swadaya. Jakarta. 86 h
Arjasa, W.S dan P. Bangun. 1985. Pengendalian Gulma Pada Kedelai Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor h 357 – 367.
Bangun, P. 1988. Pemanfaatan Kiyambang untuk Mengendalikan Gulma Pada Padi Sawah. Prosiding konferensi ke XII HIGI . h 209 – 216
Bunting. 1973. Plant Density and Yield of Grain Maize in England Agric J. h 455 – 463
Chaerudin dan R. Noor. 1996. Pengendalian Gulma pada penyiapan Lahan Budidaya Padi di Lahan Tadah Hujan Kalimantan Selatan. Prosiding Konferensi XIII HIGI. h 411 – 414.
Husnalita, Hasanudin dan Jauharlina. 1996. Pengaruh Herbisida Pra tumbuh dan Pemupukan Nitrogen Terhadap Gulma Serta hasil Kedelai. Prosiding konferensi XIII HIGI. h 429 – 433
Sudirman,H.S., A Nugroho dan E Widaryanto. 1988. Pengaruh Pemberian Mulsa dan Waktu Pengendalian Gulma Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jahe.Kuning. Prosiding konferensi IX HIGI.  h 298 – 310.

PENGARUH SAAT PEMBERIAN EKSTRAK BAYAM BERDURI (Amaranthus spinosus) DAN TEKI (Cyperus rotundus) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT ( Lycopersicum esculentum)


PENGARUH SAAT PEMBERIAN EKSTRAK BAYAM BERDURI (Amaranthus spinosus) DAN TEKI (Cyperus rotundus) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT ( Lycopersicum esculentum)

THE EFFECT OF APPLICATION TIME OF SPINY AMARANTH  EXTRACTS
AND PURPLE NUTSEDGE
ON THE GROWTH AND YIELD OF TOMATO


Kharis Triyono
Fakultas Pertanian   Univ. Slamet Riyadi Surakarta


ABSTRACT
Research about the effect of application time of spiny amaranth extracts and purple nutsege  on the growth and yield of tomato was conducted at Mojosongo Surakarta from March until June 2008.Research aimed was to know that the spiny amaranth (Amaranthus spinosus) had the effect as the purple nutsedge (Cyperus rotundus) and are there different of alellophatic activity on either weeds
.Polybag experiment conducted in the plastic house,arranged in randomized complete block design [RCBD] with two factors and replicated three times.The first factor was special of weed,consisted of two levels; spiny amaranth and purple nutsedge.the second factor was time application of weed extract, consisted of three lefels; 2,4 and 6 weeks after planting.
Result of the analysis showed that spiny amaranth had effect and alellopathic potential as the purple nutsedge. Extract of weed kind and application time of weeds extract did not affected on the growth of tomato. Application time of extract affected on yield of tomato. There were interaction between application time of extract  and kind of weeds.

Key words : application time, weed extract ,yield of tomatonth had effect and alellopathic potential as the purple nutsedge.Extr





PENDAHULUAN

Tomat merupakan tanaman hortikultura yang banyak diusahakan di Indonesia baik di dataran tinggi maupun dataran rendah. Luas rata-rata pertanaman tomat antara tahun 1975 – 1980 sekitar 14.000 hektar tiap tahun dengan hasil yang masih rendah yaitu 4,7 ton per hektar. Rendahnya hasil tomat disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya pengelolaan gulma yang belum optimal. Gulma pada tanaman tomat perlu ditangani secara sungguh-sungguh karena dapat mengakibatkan penurunan hasil, akibat kompetisi dalam memperebutkan sarana tumbuh maupun akibat adanya alelopati. Kompetisi terjadi karena gulma dan tanaman mempunyai persyaratan tumbuh yang sama dan tersedia dalam jumlah terbatas. Alelopati terjadi karena gulma melepaskan senyawa kimia yang bersifat racun dan dapat menghambat pertumbuhan, bahkan dapat mematikan tanaman disekitarnya.
Tumbuh-tumbuhan juga dapat bersaing antar sesamanya secara interaksi biokimiawi, yaitu salah satu tumbuhan mengeluarkan senyawa beracun ke lingkungan sekitarnya dan dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan tumbuhan yang ada di dekatnya. Interaksi biokimiawi antara gulma dan pertanamanan antara lain menyebabkan gangguan perkecambahan biji, kecambah jadi abnormal, pertumbuhan memanjang akar terhambat, perubahan susunan sel-sel akar dan lain sebagainya.Beberapa species gulma menyaingi pertanaman dengan mengeluarkan senyawa beracun dari akarnya (root exudates atau lechates) atau dari pembusukan bagian vegetatifnya. Persaingan yang timbul akibat dikeluarkannya zat yang meracuni tumbuhan lain disebut alelopati dan zat kimianya disebut alelopat. Umumnya senyawa yang dikeluarkan adalah dari golongan fenol.
Senyawa-senyawa kimia yang mempunyai potensi alelopati dapat ditemukan di semua jaringan tumbuhan termasuk daun, batang, akar, rizoma, umbi, bunga, buah, dan biji. Senyawa-senyawa alelopati dapat dilepaskan dari jaringan-jaringan tumbuhan dalam berbagai cara termasuk melalui :
a.    Penguapan
      Senyawa alelopati ada yang dilepaskan melalui penguapan. Beberapa genus tumbuhan yang melepaskan senyawa alelopati melalui penguapan adalah Artemisia, Eucalyptus, dan Salvia. Senyawa kimianya termasuk ke dalam golongan terpenoid. Senyawa ini dapat diserap oleh tumbuhan di sekitarnya dalam bentuk uap, bentuk embun, dan dapat pula masuk ke dalam tanah yang akan diserap akar.


b.   Eksudat akar
      Banyak terdapat senyawa kimia yang dapat dilepaskan oleh akar tumbuhan (eksudat akar), yang kebanyakan berasal dari asam-asam benzoat, sinamat, dan fenolat.
c.    Pencucian
      Sejumlah senyawa kimia dapat tercuci dari bagian-bagian tumbuhan yang berada di atas permukaan tanah oleh air hujan atau tetesan embun. Hasil cucian daun tumbuhan Crysanthemum sangat beracun, sehingga tidak ada jenis tumbuhan lain yang dapat hidup di bawah naungan tumbuhan ini.
d.   Pembusukan organ tumbuhan
      Setelah tumbuhan atau bagian-bagian organnya mati, senyawa-senyawa kimia yang mudah larut dapat tercuci dengan cepat. Sel-sel pada bagian-bagian organ yang mati akan kehilangan permeabilitas membrannya  dan dengan mudah senyawa-senyawa kimia yang ada didalamnya dilepaskan. Beberapa jenis mulsa dapat meracuni tanaman budidaya atau jenis-jenis tanaman yang ditanam pada musim berikutnya.
Tumbuhan yang masih hidup dapat mengeluarkan senyawa alelopati lewat organ yang berada di atas tanah maupun yang di bawah tanah. Demikian juga tumbuhan yang sudah matipun dapat melepaskan senyawa alelopati lewat organ yang berada di atas tanah maupun yang di bawah tanah. Alang-alang (Imperata cyndrica) dan teki (Cyperus rotundus) yang masih hidup mengeluarkan senyawa alelopati lewat organ di bawah tanah, jika sudah mati baik organ  yang berada di atas tanah maupun yang di bawah tanah sama-sama dapat melepaskan senyawa alelopati.
Gulma yang umum terdapat pada tanaman tomat  antara lain Alternanthera phyloxeroides, Portulaca oleracea, Ageratum conyzoides, Eleusine indica, Amaranthus spinosus, Cynodon dactylon, Cyperus rotundus, Cyperus irria, Phylanthus niruri dan Panicum repens. (Moenandir, l990)
Mercado (Saranga dan Kuntohartono, l986) mengemukakan bahwa jenis gulma yang mempunyai sifat kompetitif kuat dapat memproduksi senyawa-senyawa kolin yang bersifat alelopati untuk mendominasi sumberdaya alam yang berada dalam keadaan terbatas dalam lingkungannya dan dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Hambatan pertumbuhan akibat alelopati dapat terjadi melalui hambatan pada pembelahan sel, pengambilan mineral, respirasi, penutupan stomata, sintesis protein dan aktivitas ensim.
Sanusi et al., (l98l) mengemukakan bahwa ekstrak akar Artemesia vulgaris, Ageratum honstanium, Imperata cylindrica, Paspalum conyugatum, Panicum repens, Penisetum clandestinum,Richardia brassiliensis dan Cyperus rotundus mempunyai pengaruh alelopati terhadap stek teh dan menekan pertumbuhannya.Gulma grinting (Cynodon dactylon) diketahui dapat menurunkan berat kering bibit tebu, diduga hal ini disebabkan pengaruh alelopati yang dikeluarkan oleh grinting. (Ronoprawiro et al., l988). Sedangkan menurut Utomo et al., (l990) ekstrak batang dan akar Boreria alata memberikan efek negatip yaitu menghambat pertumbuhan dan menurunkan hasil tanaman  kedelai . Demikian juga gulma Digitaria sanguinalis, Ambrosia psylostachia, Euophorbia sp. Dapat mengahsilkan toksin yang dapat menghambat fiksasi nitrogen dan proses nodulasi pada legume serta nitrifikasi dalam tanah.
Bayam berduri (Amaranthus spinosus) dam teki (Cyperus rotundus) merupakan tumbuhan bergolongan C4 dan tumbuhan golongan C4 umumnya mempunyai sifat kompetitif kuat. Berdasarkan pertimbangan bahwa gulma yang mempunyai sifat kompetitip kuat dapat memproduksi senyawa kimia yang bersifat alelopati, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui apakah gulma Amaranthus spinosus mempunyai kemampuan alelopati seperti pada Cyperus rotundus dan seberapa jauh akibat yang ditimbulkan oleh saat pemberian ekstrak gulma Amaranthus spinosus dan Cyperus rotundus pada tanaman tomat.
BAHAN DAN METODE
Penelitian dilakukan di rumah plastik  kebun percobaan Fak.Pertanian UNISRI Mojosongo Surakarta. Rancangan yang digunakan rancangan acak kelompok lengkap 2 faktor dan 3 ulangan. Faktor pertama jenis gulma yaitu gulma Amaranthus spinosus ( GI ) dan Cyperus rotundus (G2). Faktor kedua saat pemberian ekstrak yaitu : saat tanaman umur 2 minggu (Tl), saat tanaman umur 4 minggu (T2) dan saat tanaman umur 6 minggu (T3). Data hasil pengamatan dianalisis dengan sidik ragam dan uji jarak berganda Duncan pada jenjang nyata 5%.
Benih disemaikan dalam nampan plastic, setelah berumur 3 minggu dipindah tanam pada kantong plastik hitam (polibag) yang diisi pasir yang telah disterilkan dengan air panas sebagai media tanam. Pemupukan dengan pupuk NPK dan pupuk daun exel 0,4%. Pupuk N dan K diberikan setengah dosis dan pupuk P seluruh dosis diberikan saat tanaman berumur satu minggu. Setengah dosis pupuk N dan K diberikan pada saat tanaman berumur 3 minggu setelah tanam. Pupuk daun exel diberikan setiap 3 hari sekali.
Gulma Amaranthus spinosus dan Cyperus rotundus dibersihkan dari kotoran yang melekat, kemudian dikeringanginkan dan dioven pada suhu 80 derajad Celcius selama 24 jam. Setelah kering gulma dihancurkan dengan blender, kemudian di masukkan kedalam beker glass dan diberi aquades dengan perbandingan 1 : 6, beker glass ditutup rapat dan dibiarkan selama 24 jam kemudian disaring. Pemberian ekstrak gulma dilakukan sesuai perlakuan selama dua hari sebanyak 20 ml, sehingga setiap tanaman mendapat 40 ml.
Data yang diamati meliputi tinggi tanaman, luas daun dan berat kering tanaman umur 8 minggu setelah tanam, jumlah buah dan bobot buah per tanaman.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pemberian ekstrak gulma Amaranthus spinosus dan Cyperus rotundus memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap tinggi tanaman, luas daun dan berat kering tanaman (Tabel l). Hal ini menunjukkan bahwa potensi alelopati dari gulma  Amaranthus spinosus tidak berbedanyata dalam mempengaruhi pertumbuhan tanaman tomat dengan gumna Cyperus rotundus. Demikian halnya dengan saat pemberian ekstrak gulma pada umur 2,4 dan 6 minggu setelah tanam memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata pada tinggi tanaman dan berat kering tanaman tetapi berbeda nyata terhadap luas daun. Hal tersebut menunjukkan bahwa perkembangan luas daun cukup peka terhadap senyawa yang bersifat alelopati. Semakin awal pemberian ekstrak gulma yang bersifat alelopati, maka akan semakin terhambat perkembangan daun dari tanaman tomat (luas daun semakin keci)
Daun merupakan aparat fotosintesis yang cukup penting. Tinggi rendahnya luas daun pada derajad tertentu berkorelasi positip terhadap hasil fotosintesis bersih, sehingga semakin tinggi luas daun akan semakin besar pula fotosintat yang dihasilkan untuk pertumbuhan dan pembentukan buah. Hal ini dapat ditunjukkan oleh bobot buah yang berbeda nyata lebih tinggi pada tanaman yang luas daunnya lebih tinggi.
Tabel 1.  Uji pembanding rerata dari tinggi tanaman, luas daun, berat kering jumlah buah dan bobot buah per tanaman.


Perlakuan
Tinggi Tanaman (Cm)
Luas daun

(Cm)
Berat Kering

  (gr)
Jumlah
buah
Bobot buah

   (gr)
A.spinosus (G1)
Crotundus (G2)

Umur 2 mst (T1)
Umur 4 mst (T2)
Umur 6 mst (T3)

G1T1
G1T2
G1T3
G2T1
G2T2
G2T3

81.21
81.68

79.46
81.70
83.18

78.88
81.70
83.06
80.04
81.70
83.30
773.88
791.99

627.63  a
780.45  b
940.75  c

621.72
763.98
935.95
633.52
796.93
945.54

426.88
427.14

423.74
428.77
428.48

420.65
427.07
432.92
426.84
430.51
424.04
4.06
4.66

4
4
5

4ab
3b
5a
4a
5a
5a

773.88
791.99

181.34 a
213.22 b
242.58 c

157.03
176.61
235.38
205.67
249.82
249.77
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbedanyata pada uji Duncan taraf 5%.
Meskipun saat pertumbuhan tanaman peka terhadap alelopati seperti perkembangan luas daun, tetapi kemampuan tanaman dalam menghasilkan bahan kering tanaman tidak dipengaruhi saat pemberian senyawa alelopat. Hal ini ditunjukkan dengan tidak ada beda nyata dari berat kering tanaman pada pemberian ekstrak gulma pada umur 2, 4 dan 6 minggu setelah tanam.
Hasil tanaman tomat dipengaruhi oleh pemberian ekstrak gulma (Tabel 1). Jumlah buah dipengaruhi oleh jenis dan saat pemberian ekstrak gulma (interaksi). Jumlah buah nyata paling rendah pada pemberian ekstrak gulma A.spinosus. Pada saat tanaman umur 4 minggu. Pada umur tersebut tanaman sudah mulai dalam tahap pembentukan bunga. Pada periode ini jika tanaman mendapat gangguan dapat mempengaruhi pembentukan buah. Pemberian ekstrak gulma A spinosus pada tanaman tomat umur 4 minggu setelah tanam mengakibatkan bunga mengering sehingga sangat sedikit bunga yang dapat membentuk buah.
KESIMPULAN
1. Gulma A spinosus mempunyai kemampuan/potensi alelopati seperti gulma C rotundus
2. Pada awal pertumbuhan tanaman lebih peka terhadap pemberian ekstrak gulma, sehingga menyebabkan luas daun dan bobot buah per tanaman nyata lebih rendah.
3. Jumlah buah paling rendah dihasilkan pada pemberian ekstrak gulma A spinosus pada umur 4 minggu setelah tanam.

DAFTAR PUSTAKA
Fuji,Y. l993. The allelopathy effect of some rice varieties. Technical Bulletin no. 134
Moenandir, J . l990. Persaingan tanaman Budidaya dengan Gulma. Rajawali Press. Jakarta.101 p.
Nugroho.,A dan J. Moenandir. L988. Pengaruh Allelopati Teki terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Tanah. Prosiding Konferensi IX HIGI. Bogor.
Sanusi, M O.R Madkar dan Suhargiyanto. L98l. Percobaan Pengaruh Alelopati Beberapa Jenis Gulma terhadap Stek The. Prosiding Konferensi VI HIGI. Medan
Saranga, SL dan T. Kuntohartono. L986. Pengaruh Ekstrak Teki terhadap Pertumbuhan Tebu. Prosiding Konferensi VIII HIGI Bandung
Ronoprawiro,S.D Sasongko dan A.Mardjuki. l988. Kemungkinan pengaruh Alelopati Grinting (Cynodon dactylon) terhadap Pertumbuhan Tebu. Prosiding Konferensi IX HIGI Bogor
Sastrouto,o, S.S. l990. Ekologi Gulma. Gramedia Pustaka Utama Jakarta. 217 p.
Utomo I.H., R. Daos dan Warma. L990. Studi Alelopati Boreria alata terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kedelai dan Padi Gogo. Buletin Agronomi Edisi September

i alelopati dari gulma t